ANALGETIKA
Definisi
Analgetika
Analgetika
adalah suatu zat/senyawa yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri,
dimana penggunaan senyawa ini tidak menghilangkan kesadaran dari penggunanya.
Nyeri
§
Kerusakan jaringan dapat menimbulkan perasaan
sensoris dan emosional yang tidak nyaman dikenal dengan istilah nyeri.
§
Merupakan suatu isyarat dari gejala akibat
adanya gangguan pada jaringan, seperti terjadinya radang, infeksi mikroorganisme
maupun kejang otot.
§
Ambang toleransi rasa nyeri dari setiap orang berbeda-beda,
biasanya batas suhu konstan dari nyeri yaitu 44-45oC.
Mekanisme Nyeri :
Ketika
adanya rangsangan (mekanik, termal ataupun kimia) akan diterima oleh reseptor
nyeri yang ada pada jaringan tubuh. Rangsangan akan diubah dalam bentuk impuls
dan dihantarkan ke pusat nyeri dikorteks. Setelah itu, impuls dikembalikan
dalam bentuk presepsi nyeri. Senyawa yang digunakan sebagai mediator nyeri dapat berupa brakinin, prostaglandin dan
histamin.
Karakteristik Analgetika :
1. Mempunyai
suatu atom pusat (atom C atau N) yang tidak mengikat atom H
2. Pada atom
pusat langsung mengikat cincin aromatik
3.
Suatu basa yang terikat pada atom pusat dengan
perantaraan 2 atom C
Pembagian Analgetika :
1. Analgetika Narkotika (Opioid)
Golongan ini merupakan kelompok obat analgetika yang memiliki
sifat seperti opium yang berasal dari getah Papaver Somniferum yang mengandung
sekitar 20 jenis alkaloid. Obat golongan ini bekerja secara sentral dan dapat
menimbulkan rasa ketergantungan (Kecanduan setelah mengkonsumsi obat ini).
Analgetika narkotika memiliki 3 jenis reseptor utama yaitu mu (µ),
delta, kappa (Ƙ). Ketiga jenis resptor ini berpasangan dengan protein G dan
memiliki subtipe. Karena suatu opioid dapat berfungsi dengan potensi berbeda
sebagai agonis, agonis parsial, atau antagonis pada lebih dari satu jenis reseptor sehingga menyebabkan efek
farmakologik yang berbeda pula.
Berikut adalah yang termasuk golongan opioid yaitu
1.
alkaloid opium
2.
derivat semisintetik alkaloid opium
3.
senyawa sintetik dengan sifat farmakologik
menyerupai morfin
contoh obat analgetika golongan narkotika yaitu morfin, kodein dan
tebain.
a.
Morfin
Morfin
dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit yang cukup hebat seperti rasa sakit
pada kanker, infark miokard, kolik renal/kolik empedu, dan nyeri akibat trauma
(luka bakar, fraktur dan pasca bedah) dengan menekan susunan saraf sentral dan
memberikan rasa nyaman. Selain itu, morfin dapat menghambat pernafasan dan
menyembuhkan batuk.
Efek dari morfin yaitu
1.
Pada susunan saraf pusat berupa analgesia, narkosis, euforia,
disforia,depresi nafas serta mual dan mutah.
2.
Pada saluran cerna berupa penghambatan sekresi
HCl pada lambung, mengurangi sekresi empedu dan pankreas, serta memperlambat
pencernaan diusus halus.
3.
Pada sistem kardiovaskuler : pemberian morfin
dosis terapi tidak mempengaruhi tekanan darah, frekuensi maupun irama denyut
jantung. Tekanan darah turun akibat hipoksia pada stadium akhir intoksikasi
morfin.
Reseptor turunan morfin
mempunyai tiga sisi yang sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgesik
yaitu:
1. Struktur bidang datar, yang
mengikat cincin aromatic obat melalui ikatan van der Waals
2. Tempat anionik, yang mampu
berinteraksi dengan muatan positif obat
3. Lubang dengan orientasi yang
sesuai untuk menampung bagian –CH2-CH2- dari proyeksi
cincin piperidin yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin aromatic
dan pusat dasar.
Morfin
memiliki tiga gugus polar (fenol, alkohol dan, amin) sedangkan analognya telah
kehilangan gugus polar alkohol atau ditutupi dengan gugus alkil atau asil,
sehingga analog morfin akan lebih mudah masuk ke otak dan terakumulasi pada
sisi reseptor dalam jumlah yang lebih besar yang mengakibatkan aktivitas
analgesiknya juga lebih besar.
Hubungan Struktur dan
Aktivitas lain
Ø Eterifikasi dan
esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik,
meningkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang.
Ø Eterifikasi,
esterifikasi, oksidasi atau pergantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen
atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek
stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitas.
Ø Perubahan gugus
hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik
secara drastis.
Ø Pengubahan konfigurasi
hidroksil pada C6 dapat meningkatkan efek analgesik.
Ø Hidrogenasi ikatan
rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau
lebih tinggi dibanding morfin.
Ø Pembukaan cincin
piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
Ø Demetilasi pada C17 dan
perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan
aktivitas.
b.
Kodein
Kodein
dapat menekan batuk dan sering digunakan sebagai obat batuk. Kodein sering
dikombinasikan dengan asetosal, fenasetine dan cofeina untuk mengurangi rasa
sakit yang tidak begitu hebat. Penggunaannya lebih aman daripada morfin karna
mengakibatkan ketergantungan lemah.
Dosis oral : 8-65 mg tiap 3-4 jam,
tergantung pada kebutuhan penderita.
c.
Tebain
Yang sering digunakan adalah garam HCl
atau Fosfatnya.
2. Analgetika Non Narkotika (Non opioid)
Analgetika non narkotika disebut juga analgetika antipiretika yang
dapat menghilangkan nyeri sekaligus menurunkan panas badan. Anlgetika ini
bekerja secara perifer.
Mekanisme kerja analgetika non
narkotika :
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim
siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform
tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya unik. Secara garis besar,
COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal
diberbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna dan trombosit. Di mukosa
lambung, aktivasi COX-1 menghasilkan prostaglandin yang bersifat sitoprotektif.
Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi berbagai stimulus inflamatoar,
termasuk sitokinin, endositoksin dan faktor pertumbuhan (growth factors). COX-2
mempunyai fungsi fisiologis di ginjal, jaringan vaskular, dan pada proses
perbaikan jaringan. Tromboksan A2 yang disintesis oleh COX-1
menyebabkan agregasi trombosit, vasokontriksi dan proliferas otot polos.
Sebaliknya prostasiklin yang disintesis oleh COX-2 di endotel makrovaskular
melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit,
vasodilatasi dan anti proliferatif.
Contoh obatnya : salisilamida, fenacetin dan parasetamol,
piramidon dan novalgin.
1.
Salisilamida
Salisilamida
merupakan turunan dari asam salisilat, sering digunakan dengan parasetamol dan
kofeina. Merupakan analgetika nyang daya kerja nya kurang kuat dibandingkan
dengan asetosal, tetapi banyak dipakai karena sifatnya tidak terlalu asam,
sehingga tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung.
Dosis oral dewasa : 3 x sehari 500 mg.
2.
fenacetin dan parasetamol
Fenasetin
berbahaya jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan dosis besar karena
dapat mengakibatkan menthaemoglominaemia (menghasilkan oksidasi
haemoglobin didalam tubuh sehingga
beracun). Karena berbahaya, maka diganti dengan parasetamol (asetaminofen).
3.
piramidon dan novalgin
Piramidon
berkhasiat untuk menurunkan panas dan anti radang. Novalgin sangat berkhasiat
sebagai analgetik dan spasmolitik (melawan kejang), sering digunakan untuk
mengobati atau mengurangi nyeri pada masa haid, sakit kepala, sakit encok dan
sebagainya.
Pada
penggunaan yang lama, dapat mengakibatkan agranulositosis.
Dosis
dewasa : 3 x sehari 100 mg oral baik untuk piramidon maupun novalgin.
Daftar Pustaka
Gunawan,
G.S. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI.
Tjay, T.H., dan K.Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta : Gramedia.
Widjajanti,N.
1998. Obat-Obatan. Yogyakarta : Kanisius.
PERTANYAAN
1.
apakah boleh mengkombinasikan lebih dari satu
obat analgetik ? bagaimana efeknya ?
2.
Bagaimana ikatan obat dengan
reseptor-reseptornya?
3.
Apakah obat analgetik dapat digunakan untuk
nyeri pada radang amandel ? dan apa obat yang cocok ?
4.
Bagaimana mekanisme kerja morfin ?
5.
Apa saja turunan dari golongan opioid dan non
opioid ?
6.
Dimana letak reseptor dari morfin?
7.
Apakah obat analgetika narkotika dan non
narkotika bekerja pada reseptor yang sama ?
8.
Apa saja kontraindikasi dari parasetamol?
9.
Apa yang membedakan mekanisme kerja dari
golongan narkotika dan non narkotika?
10. Tanaman apa saja yang bisa dijadikan sebagai obat analgetika ?
11. Pada penggunaan yang lama, dapat mengakibatkan agranulositosis. Apakah yang dimaksud dengan agranulositosis?
11. Bagaimana cara yang tepat untuk mengkonsumsi morfin dan turunan-turunannya ?
12. Morfin memiliki tiga gugus polar yaitu fenol, alkohol dan, amin. bagaimana struktur dari morfin?
13. apa saja senyawa sintetik dengan sifat farmakologik menyerupai morfin?
10. Tanaman apa saja yang bisa dijadikan sebagai obat analgetika ?
11. Pada penggunaan yang lama, dapat mengakibatkan agranulositosis. Apakah yang dimaksud dengan agranulositosis?
11. Bagaimana cara yang tepat untuk mengkonsumsi morfin dan turunan-turunannya ?
12. Morfin memiliki tiga gugus polar yaitu fenol, alkohol dan, amin. bagaimana struktur dari morfin?
13. apa saja senyawa sintetik dengan sifat farmakologik menyerupai morfin?
10 komentar:
hay ike, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.4
Morfin berikatan dengan reseptor Mu opioid lalu dihubungkan dengan protein G yang secara
langsung mempengaruhi saluran K + dan Ca 2+ . Pada keadaan normal protein G yang memiliki GDP
yang mengikat sub unit α, β, γ dalam kondisi istirahat atau tidak aktif. Namun saat opioid
berinteraksi dengan reseptornya, sub unit GDP terdisosiasi dan berubah menjadi GTP dengan
mekanisme perubahan konformasi. GTP ini aka mendisosiasi subunit α sehingga terikat padanya.
GTP yang terikat pada subunit α ini memerintahkan sel saraf untuk menurunkan aktifitas listriknya
dengan meningkatkan pemasukan K + dan menghambat pemasukan Ca 2+ . Dengan terikatnya GTP
pada sub unit α juga dapat menghambat terbentuknya enzim adenilat siklase. Enzim ini merupakan
enzim yang berperan sebagai messenger pada penyampaian pesan untuk sel saraf. Jika
pembentukan enzim adenilat siklase dihambat maka pembentukan substansi P yang merupakan
neurotransmiter nyeri juga dihambat, sehingga rasa sakitnya berkurang. Demikianlah morfin
bekerja, dengan kedua hal inilah maka morfin akan menurunkan aktivitas listrik saraf dan
menurunkan pelepasan neurotransmiter nyeri.
saya akan membantu menjawab pertanyaan no.8
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-
steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian
parasetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan
jantung, paru, dan ginjal.
Untuk pertanyaan no.2
2. umunya ikatan ikatan yang terbentuk antara obat dengan reseptor dapat terjadi beberapa interaksi seperti, interaksi hidrofobik, elektrostatik, dan ikatan hidrogen.
Morfin yang merupakan obat analgesik narkotik bekerja dengan 2 mekanisme diantaranya menutup kanal ion Ca2+ dan menghambat pelepasan substansi P.
Saya akan membantu menjawab no 3.
Obat analgetik dapat digunakan untuk radang amandel untuk meringankan keluhan dan rasa nyeri pada amandel. Biasanya obat analgetik yang digunakan yaitu parasetamol atau ibuprofen.
Sa ya akan membantu menjawab no 13.
Senyawa senyawa sintetik dengan sifat Farmakologis menyerupai morfin contohnya yaitu nalorfin, nalokson, pentazocin
saya ingin mencoba menjawab pertanyaan anda, no 10.
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,banyak tanaman yang bisa dijadikan obat analgetika diantaranya yaitu mahkota dewa, seledri, daun sukun, dan kelopak bunga rosella. semoga bermamfaat
Saya akan membantu menjawab no 1.
Ada beberapa obat analgetik yang boleh dikombinasikan, dimana tujuan dikombinasikan obat tersebut agar didapatkan efek terapi yang maksimum
jawaban no 8 ttg kintraindikasi paracetamol yaitu obat analgetik Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Paracetamol.
Penderita gangguan fungsi hati berat.
Saya akan menjawab pertanyaan no. 8. Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi sebagai berikut:
Alergi parasetamol atau acetaminophen
Gangguan fungsi hati dan penyakit hati
Gangguan Fungsi Ginjal Serius,
Shock
Overdosis Acetaminophen
Gizi Buruk
Posting Komentar